Bangkit Dari Keterpurukan (Wawancara Dengan Pangi Bag. 2)

Written on 10/12/2019
Penulis Yayasan Sungai Kasih


Ibu Linda begitu mengasihi saya dan tetap mensupport saya. Saya sangat terharu dengan kebaikan dan kasih beliau yang belum pernah saya temui dari siapapun sebelumnya.

Shallom Pangi, kita lanjut lagi ya wawancaranya setelah di edisi lalu Pangi berbagi kisah masa kecil yang menyedihkan dan masa – masa yang penuh perjuangan saat duduk dibangku sekolah.

 

Apa yang membuat Pangi bangkit kembali?

Yang membuat saya bangkit kembali tentunya Tuhan Yesus dan juga orang orang yang mendukung saya baik secara materi maupun moril seperti Ibu Linda dan Ko Alisan yang selalu memberi semangat dan mendoakan saya dengan tulus.

 

Apa tantangan terbesar dalam melayani anak – anak?

Tantangan terbesar dalam melayani anak-anak adalah bagaimana kita harus bisa menjadi role model bagi mereka, mengatur mereka yang memiliki berbagai karakter dan latar belakang yang berbeda-beda. Terkadang kesabaran juga sering kali down ketika menghadapi anak-anak yang "nakal" (susah diatur). Tapi dalam batin saya selalu berkata bahwa anak-anak ini sebisa mungkin tidak mengalami seperti pengalaman saya masa kecil. Saya ingin mereka menikmati masa kecil mereka dengan sukacita dan kelak akan berhasil.

 

Apa pendapat Pangi mengenai pelayanan yang berfokus pada anak - anak seperti Yayasan Sungai Kasih? 

Pendapat saya mengenai pelayanan anak-anak sangat mendukung. Awalnya dulu saya tidak mengerti apa itu pelayanan anak-anak. Tetapi sekarang saya mengerti bahwa pelayanan anak-anak itu sangat penting. Karena pelayanan ini bisa membentuk anak menjadi anak yang baik dan mengenal Tuhan Yesus sejak dini (saya mengenal Tuhan Yesus secara pribadi saat saya di bangku kuliah).

 

Apa pengalaman yang paling membekas selama melayani di Yayasan Sungai Kasih? 

Pengalaman sangat banyak, tetapi kalau ditanya yang paling membekas adalah ketika saya sakit. Ibu Linda begitu mengasihi saya dan tetap mensupport saya. Saya sangat terharu dengan kebaikan dan kasih beliau yang belum pernah saya temui dari siapapun sebelumnya. Hal itu juga yang membuat saya melupakan ambisi saya untuk bekerja di dunia sekuler. Saya ingin fokus melayani dan mendedikasikan hidup saya untuk Yayasan ini. Sehingga di pertengahan tahun kemarin saya berhenti mengajar di sebuah sekolah, dan menetapkan hati saya melayani di Rumah Kasih. Awalnya memang tidak mudah. Karena sejak dulu saya berambisi menjadi orang kaya dan harus sukses berkarir. Saya ingin mengubah nasib saya selama ini. Tetapi ada beberapa hal yang membuat saya akhirnya memilih untuk melayani sepenuh waktu di Rumah Kasih. Diantaranya karena saya sangat rindu akan kekeluargaan, kasih ibu yang semasa kecil kurang saya dapatkan. Dan sekarang saya dapatkan itu dari Ibu Linda dan Ibu Elly. Kemudian saya juga ingin berkontribusi bagi anak-anak yang kami layani saat ini dengan apa yang saya bisa lakukan.

 

Apa harapan Pangi di masa yang akan datang, baik untuk kehidupan pribadi maupun pelayanan? 

Harapan saya di masa yang akan datang bagi kehidupan pribadi saya adalah kiranya saya semakin mengerti apa yang Tuhan mau saya lakukan ke depannya dan untuk pelayanan kiranya tetap teguh melayani di tempat ini. Saya telah memateraikan dalam batin saya "Nothing to lose". Semua ini sudah rencana Tuhan. Dan saya sangat bersyukur bisa melayani di tempat ini.

 

Terima kasih Pangi untuk bincang – bincangnya yang sungguh bermanfaat dan kiranya Pangi semakin dipakai Tuhan menjadi berkat bagi banyak orang. Tuhan Yesus memberkati.

Saat ini Pangi juga tergabung di Departemen Pengembangan Rumah Ceria, sebagai Koordinator Bagian Pengembangan Akademis, dibawah koordinasi Bapak Alisan Jaya. Pangi melayani full time dan membuat kurikulum pelajaran di Rumah Ceria. Pangi juga memberikan training/ pelatihan kepada para calon guru di Rumah Ceria untuk mempersiapkan pembukaan Rumah Ceria yang baru.