Bagian 1: BANGKIT DARI KETERPURUKAN
Dalam edisi Cerita Kasih kali ini, kita mau berbincang – bincang dengan salah satu guru Rumah Kasih dan Rumah Ceria Pontianak, yaitu Pangi.
Shallom Pangi, mungkin bisa ceritakan sedikit latar belakang keluarganya.
Nama saya Pangihutan Sitorus, biasa dipanggil Pangi oleh teman-teman dan Kak Pangi oleh anak-anak. Saya lahir di Sidikalang ( Sumatera Utara), 4 Mei 1994, anak ke-4 dari 7 bersaudara. Sejak kecil tepatnya di usia saya yang 11 tahun saya sudah menjadi yatim piatu. Bapak meninggal tahun 2004 dan mama meninggal tahun 2005. Kami merupakan keluarga yang miskin dari segi ekonomi. Kami hanya punya rumah gubuk dan pekerjaan bapak dan ibu semasa hidup sebagai buruh tani di ladang orang lain.
Sejak bapak meninggal, mama harus banting tulang untuk menafkahi kami ketujuh anaknya. Hingga akhirnya mama juga meninggal setahun setelah bapak. Sejak saat itu saya punya tekad untuk mengubah nasib saya di waktu mendatang. "Saya harus bisa sukses!' batin saya. Setelah kepergian mama dan bapak hidup saya semakin menderita. Sejak saat itu saya tinggal dengan orang lain, begitupun keenam saudara saya. Semasa kecil saya sering kali mendapat perlakuan kasar baik fisik maupun psikis dari teman-teman sebaya dan juga anak dari orang yang menampung saya, yang membuat saya pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan minum racun serangga.
Singkat cerita setelah tamat SMP di Sumatera, saya nekad ikut orang ke Kalimantan tepatnya di Ketapang dan bekerja dengan beliau selama setahun (saya berhenti sekolah setahun). Setelah terkumpul modal untuk melanjutkan sekolah saya mendaftar di SMA sembari masih bekerja sebagai buruh di toko. Setelah tamat SMA kembali saya putus sekolah guna mengumpulkan modal kembali supaya saya bisa kuliah dengan biaya sendiri. Singkat cerita saya kembali nekad ke Pontianak mendafatar kuliah. Dengan pertolongan Tuhan akhirnya saya diterima di Universitas Tanjungpura dan mendapat beasiswa penuh.
Bagaimana mulanya Pangi bisa pelayanan di Yayasan Sungai Kasih?
Awal mulanya saya terlibat di Yayasan Sungai Kasih pada saat semester 5 tepatnya April 2017, pada saat itu saya sangat krisis keuangan. Bahkan untuk makan sehari-hari saja saya meminjam uang kepada teman-teman sekampus saya. Hingga pada suatu malam ada senior saya namanya Bang Wendo menawarkan saya untuk menggantikan dia mengajar les di Rumah Kasih. Pada saat itu memang motivasi saya bukan melayani, tetapi saya memang sedang mencari pekerjaan sepulang kuliah. Singkat cerita saya bergabung di Yayasan Sungai Kasih. Memang 2 bulan pertama saya merasa kurang oke saya mengajar di tempat ini. Saya sempat ingin memutuskan untuk berhenti dan mencari pekerjaan lain yang lebih tinggi penghasilannya. Tetapi sejak saat bertemu Ibu Priskila Linda dan mendengar cerita dan latar belakang beliau, niat itu sedikit demi sedikit memudar. Wah betapa luar biasanya Ibu ini? Sejak saat itu saya mulai kagum dengan beliau dan mulai mencintai pelayanan saya di Rumah Kasih.
Jika tidak salah Pangi kuliah mengambil jurusan pendidikan dan menyandang gelar Sarjana Pendidikan. Apa yang membuat Pangi mengambil jurusan tersebut?
Ya benar. Saya pernah mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi dengan mengambil jurusan PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar). Jujur awalnya jurusan itu bukanlah pilihan saya. Saya memang bercita-cita menjadi guru dan niatnya mau mengambil jurusan PBSI (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia). Tapi sekali lagi ini semua rencanaTuhan, ketika mengisi formulir online, saya salah klik jurusan. Karena pada dasarnya saya bukanlah pencinta anak-anak. Mengingat latar belakang saya sewaktu kecil sering dibully dan mendapat kekerasan, sehingga saya sedikit kesal melihat tingkah anak-anak. Tapi Tuhan justru tempatkan saya di jurusan yang saya tidak pernah inginkan. Tapi seiring berjalannya waktu, saya sudah mengerti mengapa Tuhan tempatkan saya di jurusan PGSD dan pelayanan anak-anak.
Melayani anak - anak di Yayasan Sungai Kasih, tentunya Pangi pasti ingat masa kecil. Apa pengalaman bahagia masa kecil Pangi yang paling diingat?
Ya , kalau ditanya masa kecil kadang-kadang saya ingin menutup rapat masa kecil saya. Karena kalau ditanya kebahagian masa kecil hampir tidak ada. Kebanyakan pengalaman sedih dan menderita. Korban kekerasan, anak yatim piatu, miskin dan insecure. Sejak saat itu kepribadian saya cenderung introvert dan jarang sekali tertawa. Jarang bersosialisasi dengan anak seusia saya. Karena saya minderan dan merasa paling hina dan tak punya apa-apa dan siapa-siapa.
Kapan masa - masa tersulit dalam hidup Pangi?
Sejujurnya sejak kecil hampir semua adalah masa-masa tersulit bagi saya. Karena dari kecil saya hidup menderita, sampai saya lulus kuliah. Saya jatuh sakit.semakin membuat saya makin drop dan tak berdaya. Saya sempat mengalami sakit yang sangat parah dan hampir kehilangan nyawa. Bersyukur saya dikelilingi orang-orang yang mengasihi saya dengan tulus (Ibu Linda, Ko Alisan, Bu Elly dan Abang Rohani saya di kampus, Bang Gita Buana Halim). Dari kejadian itu saya bisa simpulkan bahwa ada yang namanya keluarga tak sedarah yang bahkan lebih care kepada saya saat saya terpuruk. Puji Tuhan sekarang kondisi saya sudah sehat.
Di edisi berikutnya kita akan mendengarkan kisah apa yang membuat Pangi bangkit kembali. Terus ikuti kisah hidup Pangi di edisi selanjutnya.