Mereka tidur di tenda-tenda sederhana dengan kondisi yang sangat memprihatinkan
Tim Pelayanan Tanggap Bencana Yayasan Sungai Kasih langsung berangkat ke Mentawai ketika tsunami menyapu bersih wilayah pantai barat Bumi Sikerei tersebut pada 26 Oktober 2010 lalu.
Tim yang sudah tiba pada hari ke-2 setelah bencana, bergabung bersama beberapa lembaga kemanusiaan yang lain dalam Posko Bersama masuk ke daerah-daerah yang sulit dijangkau di Pagai Selatan dan Pagai Utara untuk membawa bantuan logistik, obat-obatan dan menggelar pemeriksaan medis, seperti di Desa Bulasat dan Bulak Monga, desa Taikoko, Pagai Utara.
Di dusun Bulak Monga kami bertemu dengan pengungsi dari dusun Rua Monga sebanyak 71 jiwa dari 18 kepala keluarga. Mereka tidur di tenda-tenda sederhana dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Kami juga menyempatkan diri untuk melihat para pengungsi yang untuk sementara waktu tinggal di GKPM Sikakap. Kami sempat berbincang-bincang dengan Bapak Tolopan (40 tahun), seorang petani yang selamat ketika tsunami menerjang, namun ia harus kehilangan 4 orang sekaligus, yaitu isteri tercinta Martiani (35 tahun), si bungsu Januardi yang baru berusia 1 tahun dan kedua orang tuanya meninggal ditarik ganasnya tsunami. “Ombak setinggi 10 meter menyeret isteri dan anak saya yang terlepas dari pegangan, sementara Rezky (12 tahun), Ridwan (5 tahun), Mardinar (13 tahun) dan Delianti (8 tahun) terhempas di bukit,” ujarnya sedih.
Yayasan Sungai Kasih mengucapkan terima kasih kepada para donatur atas dukungan dan partisipasinya sehingga para korban bencana tsunami di Mentawai mendapat pertolongan dan sentuhan kasih dari kita semua.